Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2016

Wulan, Pengamen Tangguh

Wulan (54 tahun), pengamen jalanan kelas kampung, seperti yang aku ceritakan kemarin, meski tubuhnya kecil, sejatinya adalah wanita kuat, tangguh dan ulet. Ia tak pernah mengeluh dan menyerah menghadapi problem hidupnya. Tetap bertahan terhadap beban hidup yang disandangnya. Demi kelangsungan hidup keluarga, ia jalani semua itu dengan penuh semangat, sabar dan gembira. “ Pokoke tetep semangat, sabar lan seneng ,” ujar Wulan tentang bekal perjuangan hidupnya. Menurut Wulan, dengan tetap semangat, sabar dan menjaga hati tetap senang, ia merasa bisa mengatasi tekanan hidup yang tidak bisa dihindari. Ia setia merawat suaminya yang sudah beberapa tahun menderita sakit Stroke, dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Sementara anaknya semata wayang yang sudah berkeluarga dan tinggal di tempat jauh, tak bisa diharapkan. Wulan harus mengatur waktu dan tenaga agar bisa merawat suaminya, sekaligus mencari penghasilan untuk menopang kebutuhan keluarga. Menjadi pengamen adalah pilihan hi

Pesan Asmara Seorang Pengamen

Wulan Action  Wulan, wanita berusia 54 tahun itu terus menyusuri jalanan kampung. Ia tak menghiraukan terik mentari yang membakar tubuh mungilnya. Peluh keringat berleleran menghapus bedak dan gincu di wajahnya. Dengan senyum yang selalu tersungging dibibirnya, ia berhenti di depan setiap rumah yang dilaluinya.   Dengan memainkan alat musik “Bas Betot” sederhana, berupa kotak papan kayu dilengkapi karet ban dalam  sepeda yang berfungsi sebagai dawai pada gitar, ia dendangkan lagu-lagu Jawa Campursari.  Suara emas Wulan yang berpadu dengan “bas betot” dan ketipak-ketipuk dari kotak yang dipukulnya, melahirkan musik yang indah. Uang receh senilai seratus duaratus rupiah pun diterima dari setiap penghuni rumah. Itulah Wulan, pengamen tradisional kelas kampung yang kini masih bertahan. Wulan adalah pengamen jalanan yang tetap bertahan ditengah kerasnya perjuangan hidup. Profesi ini dijalaninya demi mempertahankan biduk rumah tangga dengan kondisi yang memprihatinkan. Suami

Otak Miring

Kita sering meremehkan orang yang punya gagasan atau ide a neh, nyleneh, atau tidak umum, dan menyebutnya sebagai orang “tidak waras” atau “gila”. Memang, awalnya, ide-ide gila itu sering diejek dan ditertawakan orang, tetapi setelah gagasan tersebut menjadi kenyataan, banyak orang yang berlomba-lomba untuk meniru dan memanfaatkannya. Cerita berikut ini menggambarkan, bagaimana ide nyleneh dapat dijadikan inspirasi. Terutama bagi orang yang ingin menerbitkan buku. Seperti diceritakan Sulaiman Budiman (2011 : 63), ada seorang anak muda,   yang baru saja dinyatakan sembuh oleh dokter yang merawatnya di rumah sakit jiwa. Anak muda tersebut berkeinginan untuk menulis sebuah buku tentang kehebatan cara kerja otak guna membuktikan kepada dokter dan kedua orang tuanya bahwa dirinya memang sudah waras dan tidak perlu dikucilkan lagi. Suatu hari, ia berkunjung ke sebuah toko buku paling besar dan paling lengkap yang terletak di daerah Matraman, Jakarta Timur, untuk mencari ide

Ikhlas Itu Mudah

Kaiman, dikenal sebagai seorang pengusaha sukses. Disamping kaya raya, ia juga dikenal baik hati dan dermawan. Kaiman tak pernah menolak kedatangan teman, sanak saudara, dan beberapa orang yang meminta bantuan atau pertolongan   kepadanya. Sudah tak terhitung banyaknya bantuan diberikan kepada orang yang meminta kepadanya untuk berbagai keperluan. Namun malang tak dapat ditolak, entah karena salah manajemen atau memang nasibnya lagi sial, mendadak usahanya bangkrut, gulung tikar. Berbagai uapaya dilakukan untuk menyelamatkan perusahaannya, tak berhasil. Bahkan ia harus menanggung hutang cukup besar. Kaiman kini ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah bangkrut dan jatuh miskin, masih terbelit dengan berbagai masalah. Ditengah situasi kesusahan dan kesulitan serta jalan buntu, Kaiman teringat beberapa orang yang dulu pernah dibantunya. Ia berniat menemui mereka satu persatu untuk meminta bantuan, seperti dulu ia pernah membantunya. Tetapi ternyata, tidak ada satu pun dari

Arung Jeram (3) Pilihan Sulit Di Tengah Arus

Ada filosofi tentang arti kehidupan manusia dalam kegiatan Arung jeram pada setiap permainannya. Arus   sungai yang terus mengalir misalnya, menandakan kehidupan manusia itu memang harus berjalan maju dan tidak bisa mundur sedikitpun. Sekuat apapun melawan arus kehidupan yaitu takdir, pada akhirnya kita akan kembali kepada Sang Pemilik kehidupan ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.             Arung jeram juga menggambarkan betapa kehidupan manusia di dunia butuh perjuangan.   Perjalanan menuju titik akhir - finish point - tidak selalu mulus. Kita berada di atas p erahu karet yang meluncur membelah derasnya aliran sungai, dihadang oleh batu-batu besar, jeram-jeram liar, kelokan tajam, pusaran air yang kencang dan tebing-tebing terjal berbahaya. Di tengah situasi dan kondisi arus seperti itulah kita sering dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Padahal kita harus tetap bergerak maju, dan tidak bisa menghindar. Kenyataan ini mesti dihadapi, walaupun banyak resiko. Apa yang

Arung Jeram (2) Bekerjasama Menuju Titik Tujuan

Di dalam olahraga Arung jeram atau Rafting , setelah kucermati ternyata mengandung banyak filosofi dan pelajaran bagi kehidupan nyata. Pertama , tentang kerjasama. Arung jeram adalah olahraga alam bebas yang memadukan kecepatan dan kekompakan dalam bereaksi. Sebagai olah raga kelompok, arung jeram sangat mengandalkan kekompakan tim secara keseluruhan, di bawah komando skipper . Kerja sama yang terpadu dan pengertian yang mendalam antar awak perahu, merupakan faktor utama yang menunjang keberhasilan melewati berbagai rintangan di sungai. Semua awak kapal harus bekerjasama di atas perahu agar perahu tetap pada arah/orientasi yang benar. Pelajaran kedua , sikap hati-hati dan cermat. Cara duduk di perahu misalnya, tidak boleh sembarangan, tetapi harus dengan menyamping. Seperti selalu diingatkan oleh Skipper , duduk pada sisi perahu (baik sisi kiri maupun sisi kanan), kaki dalam posisi kuda-kuda pada lantai perahu, dimaksudkan sebagai pengatur keseimbangan badan selama pengarungan

Arung Jeram (1) Berani Hadapi Tantangan

Ini catatan pengalaman paling berkesan dalam hidupku. Saat itu, aku mendapat undangan untuk mengikuti olahraga yang cukup menantang, yakni Arung Jeram atau Rafting bersama   PNS. Lokasinya di kawasan sungai Elo, Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Kala itu aku merasa bangga karena masih mendapat perhatian dari instansi dimana aku dulu pernah bekerja. Namun disisi lain, muncul keraguan (dan rasa ‘takut’), mengingat olah raga ini cukup beresiko, sementara daya fisikku sudah mulai menurun karena faktor usia. Dari 50 orang peserta, aku tercatat sebagai peserta paling tua. Setelah berdo’a dan memantapkan hati, akhirnya aku putuskan ikut, untuk menguji daya tahan tubuh dan mentalku. Kegiatan bersama ini, disamping untuk menyegarkan badan dan pikiran juga dimaksudkan sebagai sarana meningkatkan kekompakan dan media pembelajaran dalam menjalani tugas serta berani menghadapi tantangan hidup sehari-hari. Apalagi, olahraga yang satu ini memberikan banyak pelajaran berharga mengenai tantan

Hati Yang Selamat

Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat. (QS. Asy-Syu’ara [26]: 88-89) Allah SWT telah menganugerahkan berbagai kelebihan pada manusia, yang tidak dimiliki oleh makhluk Allah lainnya di jagat raya ini. Allah tahu persis bahwa sebagai makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna, manusia akan mampu menjadi khalifah di bumi. Karenanya, Dia mengaruniakan segumpal daging bernama hati (qalb), yang dengan itu manusia bisa menjadi terangkat derajat kemuliaannya di sisi Allah lebih tinggi daripada malaikat, tetapi bisa juga menjadi jatuh sejatuh-jatuhnya. Orang-orang yang diangkat derajat kemuliaannya (bahkan) melebihi malaikat, adalah mereka yang berhasil memelihara, merawat, dan memperindah hatinya, sehingga menjadi sehat qalbun sahih ). Sedangkan orang-orang yang akan tergelincir jatuh derajat kemuliaannya kedalam jurang kehinaan sedalam-dalamnya, adalah mereka yang membiarkan hatinya kotor membusuk tak t